RIWAYAT KI NGABEHI SURO
DIWIRYO
1. Ki Ngabehi Soerodiwirjo (Masdan)
2. Noto (Gunari), di
Surabaya
3. Adi (Soeradi), di
Aceh
4. Wongsoharjo, di Madiun
5. Kartodiwirjo, di Jombang
Saudara laki-laki dari ayahnya
bernama R.A.A. Koesoemodinoto menjabat sebagai Bupati Kediri. Seluruh keluarga
ini adalah keturunan dari Batoro Katong di Ponorogo, Putra
Prabu Brawijaya Majahapit. 1883 Pada saat itu tersebut Ki Ngabehi
Soerodiwirjo lulus sekolah rakyat 5 tahun (umur 14 tahun). Selanjutnya beliau
ikut Üwonya”Mas Ngabehi Soeromiprojo, yang menjabat sebagai Wedono Wonokromo,
kemudian pindah dan menjabat lagi sebagai Wedono Sedayu-Lawas, Surabaya.
1884 Pada tahun tersebut beliau
telah berumur 15 tahun dan magang menjadi Juru Tulis op het Kantoor van de
Controleur van Jombang. Sambil belajar mengaji beliau belajar Pencak-Silat yang
meupakan dasar dari kegemaran beliau untuk memperdalam Pencak-Silat dimasa-masa
berikutnya.
1885 Pada tahun berikutnya, dimana
usia beliau telah menginjak 16 tahun, beliau magang di kantor Kontrolir
Bandung, dan dari sini beliau belajar Pencak-Silat dari Pendekar-pendekar
Prinangan, sehingga didapatlah jurus-jurs seperti:
1. Cimande
2. Cikalong
3. Cipetir
4. Cibeduyut
5. Cimelaya
6. Ciampas
7. Sumedangan
1886 Pada usia 17 tahun beliau pindah ke Betawi (Jakarta), dan disana beliau memanfaatkan untuk memperdalam Pencak-Silat, akhirnya sampai menguasai jurus-jurus seperti:
1886 Pada usia 17 tahun beliau pindah ke Betawi (Jakarta), dan disana beliau memanfaatkan untuk memperdalam Pencak-Silat, akhirnya sampai menguasai jurus-jurus seperti:
8. Betawen
9. Kwitang
10. Monyetan
11. Permainan Toya (Stok spel)
1887 Pada
usia 18 tahun beliau ikut Kontrolir Belanda ke Bengkulu, disana beliau belajar
Pencak-Silat yang mana gerakannya mirip seperti jurus-jurus di daerah Jawa
Barat. Pada pertengahan tahun tersebut beliau ikut Kontrolir Belanda pindah ke
Padang, dan tetap bekerja pada bidang pekerjaan yang sama. Di darah Padang Hulu
dan Padang Hilir, beliau tetap memperdalam pengetahuannya di bidang
Pencak-Silat, dimana gerakannya berbeda bila dibandingkan dengan permainan
Pencak-Silat dari daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di darah yang
baru ini, Pencak Silat merupakan salah satu permainan kegemaran rakyat dan
merupakan kebudayaan rakyat setempat.
Selanjutnya
beliau berguru kepada seorang pendekar dan guru ilmu kebatinan yang
bernama Datuk Raja
Betua, dari kampung Alai, Kecamatan Pauh, Kota Padang.
Pendekar ini merupakan guru beliau yang pertama kali di daerah Sumatra Barat.
Datuk Raja Betua
mempunyai seorang kakak yang bernama Datuk Penghulu, dan adiknya bernama Datuk
Batua, dimana ketiganya adalah pendekar-pendekar yang termasyur dan dihormati
masyarakat.
1897 Pada
umur 28 tahun beliau jatuh cinta kepada seorang gadis Padang. Puteri dari
seorang ahli kebatinan yang berdasarkan agama Islam (Tasawuf). Untuk mempersunting
gadis ini beliau harus memenuhi bebana, dengan menjawab pertanyaan dari gadis
pujaannya yang berbunyi “SIAPAKAH SESUNGGUHNYA MASDDAN” dan “SIAPAKAH
SESUNGGUHNYA SAYA INI ?” (gadis pujaan itu ?). Karena beliau tidak dapat
menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan pikirannya sendiri, maka beliau
berguru kepada seorang ahli Kebatinan yang bernama Nyoman Ida Gempol.
Adalah seorang Punggawa
Besar dari Kerajaan Bali yang di buang Belanda ke Sumatra (Padang),
dan di kenal dengan nama Raja Kenanga Mangga Tengah (Bandingkan dengan nama
Desa Winongo – Madiun – Tengah – Madya).
Kemudiaan
pada tahun yang sama beliau
belajar Pencak-Silat kepada Pendekar Datuk Raja Betua, selama 10 (sepuluh)
dan memperoleh tambahan jurus-jurus dari daerah Padang, yaitu:
1. Bungus (uit de haven van Teluk Bayur)
2. Fort de Kock
3. Alang – Lawas
4. Lintau
5. Alang
6. Simpai
7. Sterlak
Sebagai tanda lulus beliau
mempersembahkan pisungsun
yang berupa Pakaian Hitam komplit.
Selanjutnya, Ilmu Kebatinan yang
diperoleh dari Nyoman
Ide Gempol dipersatukan dengan Pencak-Silat serta Ilmu Kebatinan yang didapat
dari Datuk Raja Betua, dimana oleh Ki Ngabehi Soerodiwirjo
digabungkan menjadi Ilmu dari PERSAUDARAAN “SETIA-HATI” WINONGO MADIUN.
PERkimpoiAN Akhirnya bebana yang
diminta gadis pujaan beliau dapat dijawab, dengan menggunakan ilmu dari
Persaudaraan “Setia-Hati” tersebut diatas. Dengan demikian beliau berhasil
mempersunting gadis Padang, putri dari seorang ahli Tasawuf. Dari perkimpoian
ini, beliau belum berhasil mendapatkan keturunan.
1898 Pada usia 29 tahun, beliau
bersama istrinya pergi ke Aceh, dan bertemu adiknya (Soeradi) yang menjabat
sebagai Kontrolir DKA di Lho Seumawe.
Di daerah
ini beliau mendapatkan jurus::
1.
Jurus
2.
Kucingan
3.
Jurus
Permainan Binja
Pada tahun tersebut, guru beliau
Guru Besar Raja Kenanga Mangga Tengah O.G. Nyoman Ide Gempol diizinkan pulang
ke Bali. Ilmu beliau dapat dinikmati oleh Saudara-saudara “S-H” dengan suatu
motto: “GERAK LAHIR LULUH DENGAN GERAK BATIN” “GERAK BATIN TERCERMIN OLEH
GERAK LAHIR”
1900 Ki Ngabehi Soerodiwirjo kembali
ke Betawi bersama isteri, dan beliau bekerja sebagai Masinis Stoom Wals.
Kemudian Ki Ngabehi Soerodiwirjo bercerai, dimana Ibu Soerodiwirjo kembali ke
Padang, dan beliau pindah ke Bandung. 1903 Beliau kembali ke Surabaya dan
menjabat sebagai Polisi Dienar hingga mencapai pangkat Sersan Mayor. Di
Surabaya beliau dikenal keberaniannya dalam memberantas kejahatan.
Kemudian beliau pindah ke Ujung,
dimana sering terjadi keributan antara beliau dengan pelaut-pelaut asing 1903
Beliau mendirikan Persaudaraan “SADULUR TUNGGAL KECER – LANGEN MARDI HARDJO” pada hari Jum’at Legi 10 Syuoro
1323 H. PERkimpoiAN
KE II 1905 Untuk kedua kalinya beliau melangsungkan perkimpoian dengan Ibu
Sarijati yang saat itu berusia 17 tahun, dan diperoleh putera dari
perkimpoiannya sebanyak
3 (tiga) orang putera dan 2 (dua) orang puteri, dimana semuanya meninggal
sewaktu masih kecil..
1912 Beliau berhinti dari Polisi
Dienar bersamaan dengan meluapnya rasa kebangsaan Indonesia, yang dimulai sejak
tahun 1908. Beliau kemudian pergi ke Tegal dan ikut seorang paman dari almarhum
saudara Apu Suryawinata, yang menjabat sebagai Opzichter Irrigatie.
1914 Beliau kembali lagi ke Surabaya dan bekerja pada D.K.A. Surabaya. Selanjutnya beliau pindah ke Madiun di Magazijn D.K.A. dan menetap di Desa Winongo Madiun.
1917 Persaudaraan “DJOJOGENDOLO CIPTO MULJO” diganti nama menjadi Persaudaraan “SETIA-HATI” Madiun.
1914 Beliau kembali lagi ke Surabaya dan bekerja pada D.K.A. Surabaya. Selanjutnya beliau pindah ke Madiun di Magazijn D.K.A. dan menetap di Desa Winongo Madiun.
1917 Persaudaraan “DJOJOGENDOLO CIPTO MULJO” diganti nama menjadi Persaudaraan “SETIA-HATI” Madiun.
1933 Beliau pensiun dari jabatannya
dan menetap di desa Winongo Madiun.
1944 Beliau memberikan pelajaran yang terakhir di Balong Ponorogo (Saudara Koesni cs dan Soerjatjaroko) Kemudian beliau jatuh sakit dan akhirnya wafat pada hari Jum’at Legi 10 November 1944 jam 14:00 (Bulan Selo tanggal 24 tahun 1364 H), di rumah kediaman beliau di Winongo. Dimakamkan di Pesarean Winongo dengan Kijing batu nisan granit, serta dikelilingi bunga melati. “SEMOGA ARWAH BELIAU DITERIMA DISISI TUHAN YANG MAHA ESA” Sehabis pemakaman dibacakan ayat Suci Al Qur’an oleh Bapak Naib Jiwan untuk memenuhi pesan terakhir Ki Ngabehi Soerodiwirjo sebelum wafat dan diambilkan ayat “Lailatul Qadar” (Temurunnya Wahyu Illahi)
1944 Beliau memberikan pelajaran yang terakhir di Balong Ponorogo (Saudara Koesni cs dan Soerjatjaroko) Kemudian beliau jatuh sakit dan akhirnya wafat pada hari Jum’at Legi 10 November 1944 jam 14:00 (Bulan Selo tanggal 24 tahun 1364 H), di rumah kediaman beliau di Winongo. Dimakamkan di Pesarean Winongo dengan Kijing batu nisan granit, serta dikelilingi bunga melati. “SEMOGA ARWAH BELIAU DITERIMA DISISI TUHAN YANG MAHA ESA” Sehabis pemakaman dibacakan ayat Suci Al Qur’an oleh Bapak Naib Jiwan untuk memenuhi pesan terakhir Ki Ngabehi Soerodiwirjo sebelum wafat dan diambilkan ayat “Lailatul Qadar” (Temurunnya Wahyu Illahi)
CATATAN:
ada
wahyu yang loncat dan akan temurun pada waktunya.
PESAN BELIAU SEBELUM WAFAT ADALAH:
PESAN BELIAU SEBELUM WAFAT ADALAH:
1. Jika saya
sudah pulang ke Rachmatullah supaya saudara-saudara “Setia-Hati” tetap bersatu
hati, tetap rukun lahir bathin.
2. Jika saya
meninggal dunia harap saudara-saudara “S-H” memberi maaf kepada saya dengan
tulus-iklas. Saya titip ibunda Nyi Soerodiwirjo selama masih di dunia fana ini.
Surat Yasin
ayat 1 : Yasien Yasien “Allah saja yang mengetahui maksudnya”
Surat Yasin ayat 58: Salaamun Qaulam mir Rabir-Rahiem “Selamat Sejahtera itulah seruan Allah Yang Maha Pengasih”.
Surat Yasin ayat 58: Salaamun Qaulam mir Rabir-Rahiem “Selamat Sejahtera itulah seruan Allah Yang Maha Pengasih”.
Saya sangat berkesan warisan ilmu leluhur ini terus jaya. Lah.salam k.s.haan dari ranting Banjarnegara salam.persodaraan
BalasHapusSaya merasa puas dgn ajaran setia hati terate sehingga saya di sah kan menjadi warga tingkat satu dan mendapatkan ajaran yg positif, salam SH TERATE jaya
BalasHapusSaya merasa puas dgn ajaran setia hati terate sehingga saya di sah kan menjadi warga tingkat satu dan mendapatkan ajaran yg positif, salam SH TERATE jaya
BalasHapusSaya merasa puas dgn ajaran setia hati terate sehingga saya di sah kan menjadi warga tingkat satu dan mendapatkan ajaran yg positif, salam SH TERATE jaya
BalasHapusSaya merasa senang jadi warga persaudaraan setia hati terate,semoga PSHT tetap jaya selamanya,Amin yarobbal alamin.
BalasHapus